Salah satu kebijakan merdeka belajar adalah mengubah Ujian Nasional (UN) menjadi Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter. Kebijakan yang lain yaitu Ujian Sekolah Berstandar Sekolah (USBN) diganti dengan ujian yang diselenggarakan oleh sekolah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) yang disederhanakan serta penerimaan peserta didik Baru (PPDB) Zonasi.
Keempat kebijakan pemerintah tersebut ditujukan untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan. Dengan pendidikan yang memerdekakan ini, semua peserta didik akan dapat belajar dengan nyaman dan bahagia tanpa tekanan apapun. Pendeknya dengan "merdeka belajar" ini siswa lebih dapat mengekspresikan dirinya secara merdeka agar potensinya dapat maksimal.
Kalau UN digantikan dengan AKM, apakah motivasi siswa tidak hilang? Bahkan UN menjadi kehilangan "kesaktiannya" saat tidak lagi menentukan kelulusan sekolah. Apalagi dengan sistem PPDB zonasi yang tidak mensyaratkan nilai untuk menjadi faktor penentu lolos seleksi, kecuali yang lewat prestasi.
Kalau dicermati, pola pikir selama ini yang boleh jadi keliru ketika memaksakan UN menjadi kriteria penentu kelulusan. Seolah-olah, siswa yang nilai UN nya tinggi dianggap siswa yang sukses. Siswa yang sukses karena nilai UN ini diyakini memiliki modal yang lebih tinggi dalam menjalani kehidupan dibanding siswa yang nilai UN-nya rendah. Apakah memang seperti itu?
Dulu saya suka bercerita tentang seorang siswa yang menusuk gurunya karena mendapat nilai 90 untuk mapel Fisika. Cerita ini saya lupa dapat ide dari mana, tetapi berulangkali saya ceritakan. Kok bisa nilai 90 marah dengan guru fisikanya. Iya..kebetulan mapel yang lain seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, dan Biologinya dapat 100. Berlebihan mungkin cerita ini. Tetapi setidaknya bayangkan siswa tersebut merasa kecewa karena nilai fisika tersebut telah menjadikannya tidak sempurna.
Kalau cerita itu benar, siswa tersebut sampai melukai gurunya maka dapat dikatakan siswa itu gagal dalam menjalani kehidupan. IQ boleh tinggi, tetapi EQ, SQ, dan AQ juga harus seimbang.
Lah..lantas apa hubungannya dengan AKM.
Suka tidak suka, dengan adanya UN maka seolah-olah akan terbedakan adanya 2 mapel, yaitu mapel UN (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA) dengan mapel UN. Dalam pembelajarannya pun terbedakan. Mapel UN akan diajarkan dengan penuh serius plus ada tambahan pelajaran dan berbagai try out. Hal ini tidak menjadi masalah sebatas tidak mengabaikan peran pelajaran lain atau memandang sebelah mata.
Mungkin juga tidak sadar, bahwa siswa dapat mengerjakan UN dengan baik karena memiliki ingatan serta cara berpikir yang kritis dan kreatif. Modal ingatan dan cara berpikir ini hasil dari akumulasi bertahun-tahun bergelut dengan semua mata pelajaran bukan dari mapel UN. Jangan-jangan anak-anak lebih kreatif dalam berpikir karena dia menyukai pelajaran seni budaya atau prakarya. Jangan-jangan anak-anak lebih stabil atau tenang saat mengerjakan UN karena sentuhan mapel agama atau BK selama ini.
Ujian Nasional (UN) dan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) memang hal berbeda, tetapi keduanya sama-sama merupakan bentuk penilaian. UN mengujikan konten materi pelajaran sedangkan AKM bicara kompetensi dasar. Kompetensi dasar ini diperlukan bagi siswa untuk meningkatkan kapasitas diri serta berpartisipasi dalam masyarakat. Dua kompetensi mendasar ini meliputi literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Di sini siswa harus menggunakan kemampuan bernalarnya untuk menggabungkan kosep dan pengetahuan yang dimiliki, mengolah berbagai informasi serta menyelesaikan beragam masalah kontekstual.
Soal-soal AKM tidak lagi mengacu pada konten pelajaran, meskipun perlu yang namanya pemahaman teks khususnya saat menyelesaikan literasi membaca maupun menyelesaikan berbagai permasalahan yang terkait dengan matematika (numerasi). Tetapi tidak boleh terjebak pada pemahaman yang salah yaitu literasi membaca itu berurusan dengan mapel Bahasa dan numerasi berurusan dengan mapel Matematika. Sehingga guru-guru yang memegang mapel tersebut diberi tanggung jawab untuk mengajarkan AKM.
Sebenarnya kata-kata "mengajarkan AKM" menjadi istilah yang lucu. Apalagi saat mendengar ada sebuah sekolah yang membuat program sukses AKM dengan berbagai kegiatan seperti les maupun try out. Alih-alih ingin membuat siswa merdeka, malah seolah-olah memunculkan "hantu baru" pengganti UN yang lebih menakutkan dengan cara menyodorkan contoh-contoh soal AKM yang begitu panjangnya serta membutuhkan analisis yang mendalam. Semoga sih hal ini tidak terjadi. Sehingga yang dimaksud program sukses AKM ini bukan les atau drill soal tetapi ke arah perbaikan proses pembelajaran.
AKM ini dilaksakanan pada kelas V untuk SD, kelas VIII untuk SMP, dan kelas XI untuk SMA. AKM ini tidak dilaksanakan oleh semua siswa tetapi diambil sampel. Dengan sampel ini diharapkan, sekolah akan mendapatkan gambaran yang lebih tepat apakah proses pembelajaran selama ini memang sudah mementingkan proses bernalar, berpikir kritis dan kreatif atau terjebak pada hapalan semata.
Dan dari hasil AKM tersebut, karena dilaksanakan kelas V, VIII, dan XI maka sekolah diberi waktu untuk memperbaiki pembelajarannya jika nilai AKM nya rendah serta tetap dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya jika standar AKM nya dah tercapai.
Jadi, AKM ini adalah tanggung jawab bersama semua guru dengan latar belakang mapel apapun. AKM ini menjadi gambaran yang lebih nyata bagi sekolah, apakah siswa memiliki kompetensi mendasar dalam menyelesaikan berbagai ragam permasalahan kontekstual. Tidak ada drill atau persiapan yang instan.
AKM ini sebagai gambaran apakah proses pembelajaran selama ini telah melatih kemampuan nalar siswa atau tidak. Kemampuan nalar siswa akan berkembang jika mereka secara nyaman dan merdeka dalam memaksimalkan potensinya. Pembelajaran-pembelajaran berbasis inquiri/discoveri, berbasis masalah, serta berbasis proyek menjadi pilihan yang sesuai untuk menjadikan siswa memiliki kemampuan bernalar, berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan berbagai permasalahan kehidupn.
Selamat belajar.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau konten materi online melalui internet atau intranet.
2.Individualized self-paced e-learning offline/e-learning offline secara individual
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau paket pembelajaran berbantuan komputer secara offline, seperti belajar menggunakan CD atau DVD.
3.Group based e-learning synchronously/e-learning berbasis kelompok secara serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar secara serentak (dalam waktu bersamaan) melalui internet atau intranet. Kegiatan ini meliputi konferensi berbasis teks, audio, atau video.
4.Group based e-learning asynchronously/e-learning berbasis kelompok secara tak serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar tidak pada waktu yang bersamaan. Misalnya, diskusi online melalui mailing list atau konferensi berbasis teks dengan sistem manajemen pembelajaran (learning managements systems).
Hampir sama dengan dikemukakan Khoe Yao Tung (2000), yang membedakan ada 4 konfigurasi dalam penggunaan teknologi distance learning, yaitu Same Time Same Place (STSP), Same Time Different Place Instruction (STDP), Different Time Same Place Instruction (DTSP), dan Different Time Different Place Instruction (DTDP). Semua teknologi tersebut akan terus berkembang menjadi makin bersahabat (lebih bersifat pribadi dan fleksibel) bagi penggunanya dan seringkali dilakukan kombinasi satu sama lain.
Virtual classroom merupakan salah satu implementasi dari e-learning, dapat didefinisikan sebagai ruang kelas maya tempat interaksi belajar mengajar dengan bantuan komputer dan multimedia. Kelas maya ini seharusnya tidak jauh berbeda dengan kelas konvensional dalam hal proses belajar mengajarnya, yaitu adanya interaksi guru dan siswa. Bedanya dalam virtual classroom menggunakan perangkat-perangkat digital sebagai pengganti fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kelas konvensional.
Dalam pembelajaran tatap muka guru melakukan apersepsi dan motivasi serta pemberian materi, melakukan tanya jawab. Dalam pembelajaran online, misalnya dengan penggunaan blog/grup WA dan sejenisnya, guru memberikan materi dengan cara menuliskan atau copy paste atau menyuruh siswa untuk membuka link blog. Setelah itu, guru bertanya melalui grup WA atau memberi pertanyaan di blog untuk didiskusikan. Siswa bisa menjawab lewat komentar di grup WA atau kolom komentar di blog.
Sampai tahap akhir, guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompoknya kemudian mempresentasikan di dalam kelas. Analogi pada pembelajaran online, siswa dengan membuat grup kelompok (misal lewat grup WA), saling diskusi, dan kemudian menyampaikan hasil diskusinya. Cara menyampaikan hasil diskusinya bisa dengan cara menuliskan atau screen shoot hasil diskusi kelompok baik di WA maupun lewat komentar di blog. Mengirim lewat upload ke google drive, youtube, blog siswa, email atau yang lainya tentunya juga diperbolehkan. Untuk selanjutnya link-nya ditarud di grup WA untuk dapat ditanggapi oleh kelompok lain.
Dalam pengembangan e-learning ini, bisa mengacu pada riset yang dilakukan oleh Richard Mayer di Universitas Kalifornia. Ruth Clark (2002), mengajukan enam prinsip dalam pengembangan e-learning, yaitu :
1.Prinsip multimedia
Penggunaan grafik yang tepat sesuai dengan teks dan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya untuk menampilkan sebuah proses penyebaran virus lebih efektif menggunakan animasi daripada grafik yang statis.
2.Prinsip hubungan
Penempatan teks harus berdekatan dengan grafik. Untuk teks yang banyak, diatur sedemikian rupa sehingga antara teks dan grafik tidak terpisah (misalnya menggunakan kombinasi scrolling yang tepat). Penggunaan teks yang panjang sehingga ilustrasi jauh dibawahnya akan menyulitkan penggunanya.
3.Prinsip modalitas
Penggunaan audio dapat meningkatkan pembelajaran terutama untuk menjelaskan suatu animasi atau visualisasi dari materi yang komplek dan tidak familiar.
4.Prinsip redundansi
Penjelasan grafik melalui audio dan teks yang berlebihan dapat merugikan pembelajaran. Misalnya suatu grafik cukup dilengkapi dengan teks. Pemberian narasi bisa mengganggu kenyamanan pengguna saat mengamati grafik tersebut.
5.Prinsip koherensi
Penggunaan tampilan visual, teks dan sound yang tidak tepat dapat merugikan pembelajaran.
6.Prinsip personalisasi
Penggunaan bahasa sehari-hari dan nara sumber lain dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya suatu CD pembelajaran akan lebih menarik jika digunakan bahasa keseharian dan diiringi dengan narasi dari nara sumber.
E-learning ini harus mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi dan informasi yang intensif. Seperti dikemukakan oleh Paulina Panen (2005), bahwa e-learning mampu untuk :
- Menfasilitasi komunikasi dan interaksi antar siswa dengan tenaga pengajar dan nara sumber ahli
- Meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar
- Mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna
- Memberikan umpan balik lintas ruang dan waktu
- Memberikan akses kepada beragam sumber belajar
Referensi
1. Clark, Ruth. 2002. Six Principles of Effective E-learning : What Works and Why. Learning Solutions e-Magazine. Edisi : September 10, 2002.
2. Khoe Yao Tung. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta : Dinastindo
3. Naidu, Som. 2003. E-learning : A Guidebook of Principles, Procedures and Practises. India : Commonwealth Educational Media Center for Asia (CEMCA)
4. Panen, Paulina. 2005. Pengembangan E-learning : Antara Mitos dan Kenyataan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran ”Teknologi Pendidikan Menuju Masyarakat Belajar” . Jakarta, 5 – 6 Desember 2005.
Panduan Kerja Kepala Sekolah
Seorang kepala sekolah, khususnya kepala sekolah baru, seperti saya sangat membutuhkan buku panduan kerja sebagai penuntun dalam melaksanakan tugas pokok sebagai kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah baru akan “gamang” ketika tidak paham apa yang dilakukan ketika dipasrahi tanggung jawab untuk mengelola sebuah sekolah. Mungkin “kegamangan” ini tidak berlaku bagi banyak kepala sekolah, tetapi bagi saya hal ini sangat penting sekali. Buku panduan kerja ini juga diperlukan untuk mempermudah kepala sekolah untuk mempersiapkan diri saat ada pembinaan atau penilaian dari pengawas maupun dinas pendidikan. (Jadi kepala sekolah tidak merdeka ternyata ya…ada penilaian dari atasan. Yach..tentu saja begitu bro).Standar nasional pendidikan (SNP) merupakan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional pendidikan (SNP) ini meliputi 8 standar, yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. SNP ini telah diatur salam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kepala sekolah, sebagai pemimpin memiliki peran strategis dalam meningkatkan profesionalitas guru dan mutu pendidikan di sekolah. Untuk itu, seorang kepala sekolah harus mampu : Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staf dan peserta didik dalam melaksanakan tugasnya masing-masing Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan peserta didik, serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan
Untuk dapat melaksanakan fungsinya tersebut seorang kepala sekolah harus :
- Memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalitas pendidikan dan tenaga kependidikan di sekolahnya
- Memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kemampuan profesinya, dan mendorong keterlibatan pendidik dan tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang tujuan sekolah
- Memiliki hubungan sangat erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan upaya peningkatan mutu sekolah dan mendukung keterlaksanaan seluruh program sekolah dan produktivitas sekolah
- Melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
- Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan, meningkatkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas secara proporsional
- Memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajarn yang inovatif
- Menjadi figur teladan yang dapat dijadikan contoh dan teladan bagi pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, seorang kepala sekolah akan dinilai kinerjannya. Penilaian kinerja kepala sekolah ini meliputi :
- Usaha pengembangan sekolah yang dilakukan selama menjabat sebagai kepala sekolah
- Peningkatan kualiatas sekolah berdasarkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang bersangkutan
- Perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut pengawasan pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya pembinaan dan bimbingan kepada guru
- Usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan pembelajaran merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang kepala sekolah. Sebenarnya sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa jika kepala sekolah melakukan kepemimpinan pembelajaran dengan baik maka prestasi belajar siswa akan maksimal.Dengan kepemimpinan pembelajaran yang efektif maka proses belajar mengajar pun akan menjadi lebih aktif serta iklim pembelajaran pun menjadi lebih kondusif. Hal ini tentunya akan berimbas kepada output yang dihasilkan pun baik. Output yang dimaksud ini bukan melulu bidang akademik tapi juga non akademik. Demikian juga ranah yang disentuh pun mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan. "Tiada hasil yang menghianati proses" bukanlah sekedar kata-kata yang basi tetapi memang sesuai sekali. Pembelajaran yang efektif akan menghasilkan siswa yang optimal kemampuannya, baik di bidang akademik maupun non akademik.
Ironisnya, di antara apa yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya 10 persen tindakan yang dilakukan terkait dengan kepemimpinan pembelajaran. Pernyataan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Stronge (1988). Lemahnya kepemimpinan pembelajaran (instructional leader) ini karena kurangnya pelatihan, kurangnya waktu untuk melaksanakan kepemimpinan pembelajaran, kesibukan menyelesaikan administrasi dan adanya kesan bahwa tugas utama dari kepala sekolah sebagai manajer.
Arti kepemimpinan pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran atau instructional leadership adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran. Komponen pembelajaran yang dimaksud meliputi kurikulum, proses belajar mengajar dan asesmen (penilaian hasil belajar). Kepemimpinan pembelajaran juga memfokuskan pada penilaian serta pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Kurikulum di sini mencangkup pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang meliputi kegiatan perumusan visi, misi dan tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum serta pembuatan kalender akademik.
Proses belajar mengajar meliputi penyusunan silabus, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pengembangan bahan ajar, pemilihan buku pelajaran, pemilihan metode mengajar dan metode belajar, penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar lainnya, pengelolaan kelas, dan permotivasian kelas.
Asesmen (evaluasi hasil belajar) meliputi aspek yang dievaluasi, metode evaluasi, dan pelaporan.
Aspek kepemimpinan pembelajaran yang lain seperti penilaian dan pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran dan pembangunan manusia pembelajar harus diperhatikan. Karena komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran itu merupakan fondasi dasar dari cita-cita terbangunnya sekolah.
Ibaratnya sebuah sekolah tanpa gedung sekalipun yang utama pembelajarannya harus jalan. Dan kalau boleh diringkas hanya membutuhkan 3 komponen utama :
- adanya siswa
- adanya guru
- adanya kurikulum (apa yang diajarkan)
Jadi, marilah peran kepemimpinan pembelajaran di sekolah jadikanlah yang utama dibanding dengan kegiatan-kegiatan kepemimpinan yang lain. Kalau memang sudah dibantu oleh waka/urusan kurikulum bukan berarti kepala sekolah berlepas tangan. Apakah yakin waka/urusan kurikulum tersebut menerapkan prinsip kepemimpinan bukan sebagai manajer atau pelaksana saja. Silahkan untuk direnungi.
Berikut ini file presentasi dalam bentuk powerpoint (ppt) mengenai Kepemimpinan Pembelajaran yang saya buat. Smoga bermanfaat dan ditunggu respon/tanggapan/kritik dan sarannya, Trims
Catatan : Template PowerPointnya saya dapatkan dari bonus beli buku Microsoft PowerPoint 2010 for Expert yang ditulis oleh Cristopher Lee
Guru wajib ini memiliki ciri-ciri :
Sumber gambar : https://www.brilio.net/news/ini-14-guru-ganteng-dan-cantik-indonesia-bikin-kamu-betah-di-kelas-151125u.html
Dalam blog ini, memang materi kimia masih sangat minim. Akhirnya, diawali dengan membaca silabus IPA Kimia untuk SMP, sedikit-demi sedikit materi ini akan kami susun.
Kimia sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang komposisi dan sifat zat/materi. Ilmu kimia sendiri dibagi dalam beberapa bidang kajian, seperti kimia analitik, kimia organik, kimia anorganik, biokimia maupun energi nuklir. Untuk SMP tentunya kimia lebih ke arah pengenalan yang akan menjadi dasar pada tingkat selanjutnya.
Apa saja sih, yang dipelajari dalam Kimia tingkat SMP?
Klasifikasi zat
Dalam kimia, zat dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu asam, basa dan garam. Sebenatnya dalam kehidupan sehari-hari kita pun sering menemukannya bahkan mengkonsumsinya. Misalnya asam yang terdapat dalam berbagai buah-buahan dengan ciri khas asam rasanya. Basa bisa kita temukan dalam berbagai produk rumah tangga, seperti sabun mandi, detergen maupun obat maag. Ciri khasnya pahit. Kemudian ada garam yang bisa ditemukan dalam bentuk garam dapur, misalnya.
Dalam mengklasifikasi zat juga mulai dikenalkan berbagai nama dan unsur kimia sederhana. Misalnya H (Hidrogen), O (Oksigen), C (Karbon), Fe (Ferum), Pb (Timbal), Ag (Argentum/Perak), Au (Aurum/Emas), Pt (Platina) dan sebagainya.
Zat-zat juga dapat dikelompokkan sebagai unsur, senyawa, atau campuran.
Contoh unsur sudah disebutkan di atas. Senyawa diperoleh dari gabungan dua unsur atau lebih. Tentunya melalui reaksi kimia. Misalnya Hidrogen + Oksigen membentuk Air, Natrium dan Klor membentuk Natrium klorida (NaCl) dan sebagainya.
Bagaimana dengan campuran? Dalam campuran sifat-sifat penyusunnya tanpak pada campuran yang dihasilkan. Misalnya air kopi. Dalam air kopi tampak jelas sifat cairnya (dari air), pahit (dari kopi) dan manis (dari gulanya). Bandingkan dengan senyawa? Misalnya garam dapur yang tersusun dari logam nastrium dan gas klor yang berbahaya. Tetapi ketika bereaksi menjadi NaCl sama sekali bukan zat yang berbahaya
Sifat-Sifat dalam Perubahan Fisika dan Kimia
Selanjutnya dikenalkan mengenai berbagai sifat fisika dan kimia pada suatu zat. Misalnya, bentuk, ukuran, massa jenis, warna merupakan contoh sifat fisika. Tetapi mudah berkarat maupun mudah terbakar merupakan contoh sifat kimia suatu zat.
Di alam ini ada dua jenis perubahan, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika lebih kepada perubahan yang tidak menimbulkan zat baru. Misalnya es menjadi air kemudian menjadi uap. Atau batangan emas berubah menjadi kalung/liontin, cincin maupun perhiasan lain yang semuanya hanyalah terjadi perubahan bentuk.
Contoh perubahan kimia misalnya besi berkarat, makanan membusuk. kayu terbakar dan lainnya. Dalam perubahan kimia ini akan dihasilkan zat baru. Misalnya pada kayu terbakar, beda kan antara kayu dengan arang yang dihasilkan.
Terkait dengan sifat dalam perubahan fisika dan kimia juga dibahas mengenai pemisahan campuran. Berbagai cara memisahkan campuran yang dipelajari meliputi filtrasi (penyaringan), dekantasi, sentrifugasi, evaporasi (penguapan), distilasi (penyulingan), corong pisah, kromatografi, sublimasi, ekstraksi (penyarian) dan daya tarik listrik juga dipelajari dalam kimia SMP.
Semoga dengan mengenal kimia lebih dini, maka pemahaman kita mengenai ilmu kimia akan lebih baik, khususnya ketika melihat/menemui penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari kimia pada tingkat selanjutnya.
LPIR 2015 sudah di ambang mata. Berdasarkan buku panduan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2015 SMP yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, naskah diterima paling lambat akhir bulan September 2015. Bagi adik-adik yang masih duduk di SMP maupun para guru pembimbing yang berminat, untuk menyiapkan lagi lebih dini.
Dengan ide-ide yang kreatif, orisinil serta didukung dengan penelitian ilmiah, jangan ragu-raguu tulis laporan Anda dan segera dikirimkan. LPIR ini tentunya cabang yang bergengsi, bukan saja untuk meningkatkan pemahaman kita pada IPTEKS, tetapi sebagai upaya ikut mengembangkan IPTEKS tersebut serta wadah komunikasi dengan bertemu teman-teman peneliti lain se Indonesia.
Tema LPIR 2015
"Meningkatkan Rasa Ingin Tahu Remaja melalui Penelitian Remaja"
Sub Tema :
"Memanfaatkan Sumber Daya yang tersedia di lingkungan sekitar Guna Menumbuhkembangkan inovasi, Invensi, dan Daya Cipta Remaja di Sekolah".
Kategori Lomba
1. Ilmu Pengetahuan Sosial Kemanusiaan dan Seni
2. Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan
3. Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
Bagian Awal
1. Halaman Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi dan daftar lain yang diperlukan
5. Abstrak hasil penelitian
Bagian Inti
1. Pendahuluan, yang meliputi :
a. Latar belakang masalah
b. Perumusan masalah
c. Tujuan dan manfaat penelitian
2. Telaah Pustaka
3. Metode Penelitian
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Daftar riwayat hidup
3. Lampiran
Karya ilmiah yang dilombakan dikirimkan kepada
Kita bisa mendapatkan ide-ide segar dengan cara lebih peka lagi terhadap lingkungan kita. Menemukan masalah di sana, berhipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan jangan lupa tuliskan semuanya dalam bentuk karya ilmiah.
Sebagai rujukan, kita bisa menengok ke belakang karya-karya peneliti muda yang menjadi juara pada LPIR 2014, sebagai berikut :
A. Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
- Kodaya DAYUCHI (Komik seni Budaya Cayak, Melayu, China) dapat meningkatkan wawasan siswa SMP Santu Petrus Pontianak terhadap seni budaya di Kalimantan Barat karya Theodorus Wijaya dari SMP Katolik Santu Petrus Pontianak Kalimantan Barat.
- Road show wayang dongeng tiga bahasa (Inggris, Indonsia dan Jawa)untuk menumbuhkan cinta pada pandangan pertama terhdap wayang dongeng karya Dewi Setyo Rini dari SMPN 3 Jatiyoso Kab. Karanganyar Jawa Tengah
- Transgender dalam seni pertunjukan Arja Bali karya Putu Dyah Intan Prathiwi dari SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar Bali
- Upaya Melestarikan Motif Tato Suku Dayak Iban di Kalimantan Barat dengan "Smart", Simple and Creative Method (SSCM) karya Alfina dari SMPK Immanuel Pontianak Kalimantan Barat
- Ayahku di dalam akta kelahiranku (Study kasus akta kelahiran anak di luar nika etnis Tionghoa di Selatpanjang Riau) karya Hendi dari SMP Partia Dharma Kab. Kepulauan Meranti Riau
- Dade Ndate : Nyanyian Rakyat Kaili Sulawesi Tengah yang terlupakan oleh Nabila Triana dari SMP Al-Azhar Palu Sulawesi Tengah
- Pola eksistensi Tradisi Bauluak di Sungai Limau Kab.Padang Pariaman karya Alifia Wulandari dari SMPN 2 Kota Pariaman Sumatera Barat
- Anti Selfi Strategis Sebagai Upaya Pencegahan Prilaku Selfie Pada Siswa SMPN 19 Semarang karya Widya Julianingtyas dari SMPN 19 Semarang Jawa Tengah
- Penerapan Media Utak Utik Dalam Meningkatkan Pemahaman Anti Kekerasan Pada Siswa SD karya Ririn Afyara dari SMP Internat Al-Kausar Kab.Sukabumi Jawa Barat
- Budaya MOP sebagai sarana hiburan masyarakat Papua karya Nurul Shafira La Zinu dari SMPN 3 Sorong Kab. Sorong Papua Barat
- Memahami konflik gajah dan manusia di Taman Nasional Way Kambas dan upaya penanggulangannya karya Fadli Irham dari SMP IT Baitul Muslim Kab. Lampung Timur Lampung
- Mipit Kudu Amit, Ngala Kudu Menta Sebuah tradisi yang mengandung nilai-nilai luhur dalam pembentukan karakter positif masyarakat kampung Sampaleun 3 desa Haurgajrug Kec. Cipanas - Lebak karya Isti Afrilianti dari SMPN 2 Cipanas Kab. Lebak Banten
- Upaya Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat Desa Hutan Melalui Program "Social Forestry" Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat yang Berorientasi Pada Pelestarian Hutan karya Shafira Putri Faradina dari UPTD SMPN 1 Sawahan Kab. Nganjuk Jawa Timur
- Analisis Kesalahan Berbahasa Anak (Studi Kasus Terhadap Siswa SMP Methodist Binjai Dengan Bahasa Pertama Bahasa Hokkien) karya Tangge Maler dari SMP S Metodhist Binjai Kota Binjai Sumatera Utara
- Keunikan suku Paser di wilayah perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Studi Folklor terhadap adat suku Paser di desa Binturung, Kec. Pamukan Utara, Kab. Kotabaru, Kalimantan Selatan karya Binawati dari SMP Bebunga Estate Kab. Kotabaru Kalimantan Selatan
- Keanekaragaman makrozoobentos sebagai indikator pencemaran perairan dampak dari pertambangan pasir besi di Pantai Muara Binuangeun karya Gina Caroline Apriliani dari SMPN 1 Wanasalam Kab. Lebak Banten
- Identifikasi Pencemaran Citarum Menggunakan Citra Peta Google dan Pengamatan Lapangan karya Ayubella Anggraini Leksono dari SMP Taruna Bakti Kota Bandung Jawa Barat
- Bentanol Solusi Cerdas Menurunkan Gas Buang Karbon Monoksida dan Menghemat Konsumsi Bensin karya Vany Citra Nabila dari SMPN 19 Semarang Kota Semarang Jawa Tengah
- Pemanfaatan Limbah Cair Hasil Pengolahan Basah Kopi Arabika Menjadi Bioetanol Sebagai Sumber Energi Terbarukan Di Kawasan Sentra Kopi Rakyat Kabupaten Bondowoso karya Diah Luluk Indriani dari SMPN 1 Maesan Kab. Bondowoso Jawa Timur
- Pemanfaatan Bambu Muda (Dendrocalamus Asper) Untuk Mempercepat Pertumbuhan Kecambah karya Kiki Widyawati dari SMP Permata Insani Islamic School Kab. Tangerang Banten
- Perilaku Laba - Laba Raksasa (Nephila Macculata) Dalam Menghadapi Tantangan Alam karya Muhammad Adam Prabasunu dari SMPN 2 Bantul Kab. Bantul D.I. Yogyakarta
- Pemanfaatan eks lahan pertambangan timah karya Erick Maulidan dari SMPN 9 Pangkalpinang Kota Pangkalpinang Bangka Belitung
- Diujung Kepunahan Korma Rawa (Phoenix Paludosa) Akibat Kerusakan Ekosistem Mangrove Di Kota Langsa karya Rahmad Syawal dari SMPN 5 Langsa Kota Langsa
- Pemanfaatan limbah kulit buah pisang (Musa paradisiaca) sebagai penetral tanah gambut karya Aji Baharsyah dari SMPN 1 Malinau Utara Kab. Malinau Kalimantan Utara
- Pengaruh Ekstrak Daun Kecubung (Datura Metel) Dalam Berbagai Konsentrasi Terhadap Mortalitas Rayap Tanah (Captotermes Kalsshoveni Kemner) Di SMPN 1 Maumere Flores karya Roswita Lodovika Wusu dari SMPN 1 Maumere Kab. Flores Nusa Tenggara Timur
- Minuman Berkhasiat dari Biji Pepaya karya Gregorius Ravendra Prasetyo dari SMP Bakti Idhata Kota Jakarta Selatan DKI Jakarta
- Karakter morfologi daun dan tipe stomata beberapa tanaman peneduh jalan di kota Denpasar karya Ni Ketut Ayu Juni Puspasari dari SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar Kota Denpasar Bali
- Pengaruh kerapatan tanaman pagar Tehtehan (Acalypha microphylla) Bougenville (Bougenville spectabilis) dan bambu (Bambusa multiplex) dalam meredam kebisingan karya Riyandra Alifna dari SMP Garuda Cendekia Kota Jakarta Selatan DKI Jakarta
- Pemanfataan limbah lokan (polymesoda expansa) sebagai penjernih air gambut karya Ismi Nur Azizah dari SMPN 03 Mukomuko Kab.Mukomuko Bengkulu
- Pembuatan sabum mandi antiseptik semi padat dari daun mimba (Azadirachta indica) karya Citra Bella Septariya dari SMPN 2 Sungailiat Kab. Bangka Barat Bangka Belitung
- Angkota: Aplikasi Mobile Pemesanan dan Informasi Angkutan Umum Berbasis GPS dan Cloud Computing yang Dapat Diakses Dimana Saja dan Kapan Saja karya Mochammad Abdurrozaq H dari SMPN 1 Semarang Kota Semarang Jawa Tengah
- Paving Blok Plastik, Solusi Perkerasan Lahan yang Ramah Lingkungan karya Chisilia Forentina dari SMPN 1 Sukorame Kab. Lamongan Jawa Timur
- Alat pemurnian air laut menggunakan distilasi energi surya karya Hirza Safira dari SMPN 8 Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan Banten
- Pemanfaatan Campuran Buah Harendong, Buah Leunca, dan serai Sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Tinta alami karya Muhamad Basit dari SMPN 1 Muncang Kab. Lebak Banten
- Kacamata Teraflu (Terapi Influenza) karya Ferris Prima Nugraha dari SMPK Imanuel Kota Pontianak Kalimantan Barat
- Rancangan Celana Sepatu (Celpa) Untuk Keselamatan Bekerja Petani Di Sawah karya Ika Setya Reynata dari SMPN 3 Candimulyo Kab. Magelang Jawa Tengah
- Rancang Bangun Helm PendeTEKsi Jarak Kenderaan D-Tech (Detector Technology) Sebagai Solusi Inovatif Mengantisipasi Kecalakaan Bagi Pengguna Sepeda Motor karya Syamsul Tamimi P.A dari SMPN 2 Semarang Kota Semarang Jawa Tengah
- Sensor Passive Infrared Receiver (PIR) untuk sistem kunci kamar mandi otomatis dan indikaor keberadaan pengguna karya Rahmat Hidayat dari SMPN 1 Palu Kota Palu Sulawesi Tengah
- Mematikan lampu riting sepeda motor secara otomatis dengan menggunakan rangkaian penunda waktu (Timer) dalam upaya menimimalisir angka kecelakaan lalu lintas akibat kesalahan informasi antar penggunaan kendaraan karya Rhabbeca Dwi Khrishna Dhevi dari SMPN 5 Ponorogo Kab. Ponorogo Jawa Timur
- Pemanfaatan limbah rak telur sebagai alternatif peredam suara genset karya Lailatu Fitriah dari SMP Darul Hijrah Putri Kab. Martapura Kalimantan Selatan
- "Box Exara" Tehnologi alat penyedot bau pada ruangan tertutup dengan koak exhaut fa - arang - sansiviera karya Diego Aryajat dari SMP Permata Insani Islamic School Kab. Tangerang Banten
- Sepatu modifikasi anti becek karya Aditya Pratama dari SMPN 1 Labuhan Badas Kab. Sumbawa Nusa Tenggara Barat
- Deterjen Ramah Limgkungan Dari Ekstra Daun Carica karya Ferizka Azalea Munaf dari SMPN 1 Wonosobo Kab. Wonosobo Jawa Tengah
- Simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dilingkungan Persawahan Untuk Penerangan Lingkungan Sawah Dan Pengusir Burung karya Muhammad Rizqul Aktsar dari SMPN 1 Kota Palu Kota Palu Sulawesi Tengah
- Sarung tangan Refleksi karya Lazuardi Imani dari SMPN 1 Babat Kab. Lamongan Jawa Timur
Sumber : aboutlabkes.wordpress.com |
b. Alat-alat dari kaca (gelas)
c. Bahan Kimia
d. Listrik
e. Silinder (tabung) gas
f. Hewan Percobaan
g. Mikroorganisme
h. Api
2. Terkena cairan korosif
3. Tertelan zat yang beracun
4. Pingsan
5. Terkena kejutan listrik
6. Gigitan hewan percobaan
7. Kemasukan bakteri patogen
2. Terdapat lorong-lorong yang cukup lebar
3. Tidak ada alat-alat yang menonjol ke lorong-lorong
4. Laboratorium memiliki lemari asap
5. Ventilasi cukup
6. Ada dua pintu keluar dan dapat dikunci dengan baik
7. Pipa air, pipa gas, dan kabel listrik dalam keadaan baik dan teratur pemasangannya
8. Menggunakan kabel listrik yang besarnya sesuai dengan arus yang melaluinya
9. Stop kontak tidak tersembunyi dan mudah diraih
10. Terjadinya fasilitas air yang cukup
11. Tersedianya tempat yang cukup untuk menyimpan alat dan bahan
12. Tersedianya kotak P3K dan alat/bahan untuk memadamkan kebakaran
Untuk penjelasan secara mendetail mengenai keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah, khususnya laboratorium IPA akan dibahas pada postingan yang akan datang.
Sesat Berpikir dalam Belajar Sains
Pelaku sesat berpikir sendiri, dibedakan menjadi 2, yaitu yang dilakukan dengan sadar dan tidak sadar. Jika pelaku sesat pikir tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya, disebut dengan paralogisme. Namun jika sesat pikir dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan orang lain, disebut dengan sofisme.
Secara umum, sesat pikir ini dibedakan dalam 3jenis, yaitu sesat pikir yang disebabkan oleh bahasa, sesat pikir formal maupun, sesat pikir material. Terkait dengan pembelajaran sains, pada postingan ini hanya dibahas sesat pikir yang formal. Untuk sesat pikir karena pemakaian bahasa, bisa makna ganda, penggunaan metafora dan lainnya akan dibahas dalam postingan tersendiri. Meski bukan berarti dalam belajar sains kita bisa terbebas dari dua jenis sesat pikir yang lain.
Sesat fikir formal bisa dibedakan dalam 4 jenis, yaitu sesat pikir empat term, sesat pikir proses tidak sah, sesat pikir term tengah tak berdistribusi, serta sesat pikir dua premis negatif. Diharapkan agar dapat memahami sesat fikir jenis ini lebih dulu memahami pengantar logika, familiar dengan istilah premis, konklusi, silogisme dan sejenisnya
Sesat pikir empat term (fallacy of four term)
Sesat pikir proses tak sah (fallacy of illicit process)
Sesat pikir term tengah tak terdistribusi (fallacy of undistributed middle)
Sesat pikir dua premis negatif (fallacy of two negative premises)
Ada beberapa faktor yang menjadi halangan bagi remaja untuk menulis , yaitu
- Merasa tidak mampu untuk menulis
- Takut salah atau disepelekan orang lain
- Tidak berani ambil resiko
- Malas menulis
- Tidak terbuka dengan pengalaman dan gagasan baru
- Mulailah menulis. Sekarang.
- Tentutan sasaran dan batas waktu penulisan
- Lupakan syndrome perfectionistik
- Yakinkan Anda bisa menulis
- Tidak putus asa
- Pahamilah menulis itu proses kreatif
- Lakukan Riset
- Identifikasi Masalah
- Rumuskan hipotesis
- Lakukan Eksperimen
- Buat kesimpulan
Riset berarti mengumpulkan informasi. Informasi bisa didapatkan dari pengalaman, buku, majalah, internet maupun dari data penelitian yang sejenis.
Sebelum melakukan riset, terlebih dulu tentukan topiknya. Misal jika kita ingin mengamati mengapa roti lama-lama berjamur. Yang kita lakukan adalah riset mengenai perkembangbiakan jamur. Eksperimen yang kita lakukan, misalnya dengan menaruh roti kemudian kita amati dalam jangka waktu tertentu untuk mengamati pertumbuhan jamurnya. Hasil dari eksperimen ini akan dijadikan dasar buat mengidentifikasi masalah.
2. MASALAH
Masalah merupakan pertanyaan ilmiah yang akan dicari penyelesaiannya. Terkait dengan eksperimen pertumbuhan jamur pada roti, misalnya akan memunculkan masalah sebagai berikut. “Bagaimana pengaruh lampu dapat mempengaruhi perkembangbiakan jamur pada roti?”
Dalam merumuskan masalah, perhatikan hal berikut :
- Masalah dibatasi agar tidak melebar ke mana-mana
- Masalah yang diangkat bisa dipecahkan
3. HIPOTESIS
Hipotesis adalah gagasan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah. Hipotesis ini sangat penting dalam mencapai keberhasilan eksperimen. Ya, karena eksperimen yang kita lakukan memang bertujuan menguji hipotesis yang kita buat.
Hipotesis ini menghubungkan 2 faktor. Pada contoh ini misalnya, ada 2 faktor yang akan diuji yaitu pemberian cahaya dan pertumbuhan jamur.
4. EKSPERIMEN
Eksperimen merupakan proses untuk menguji hipotesis yang sebelumnya telah kita buat. Ada 3 jenis variabel dalam eksperimen, yaitu variabel bebas (independent variable), variabel tidak bebas (dependent variable) dan variable pengontrol.
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang bisa diubah, misalnya pemberian cahaya.
Variabel tidak bebas adalah variabel hasil pengamatan, yang nilainya bisa berubah karena dipengaruhi variabel bebas. Misalnya perkembang jamur.
Variabel pengontrol adalah variabel yang tidak berubah, misalnya suhu dan lingkungan.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan hasil dari eksperimen. Dalam kesimpulan termuat penjelasan mengenai hubungan antara hipotesis dengan hasil eksperimen. Termasuk di dalamnya alasan-alasan ketika hipotesis tidak terbukti.
Contoh Judul Karya Tulis Ilmiah
1. Pengaruh Tempat Tinggal Siswa SMP ...... Terhadap Prestasi Belajar
2. Pemanfaatan Puntung Rokok untuk Membunuh Jentik Nyamuk Malaria
3. Pengaruh Deterjen terhadap Daya Penyusutan Kain
4. Pemanfaatan Fasilitas Handphone untuk Belajar Kelompok di SMP .......
5. Potensi Bahaya Kemasan Plastik Makanan
6. Pemanfaatan Limbah Tahu Menjadi Bakso
Sumber Bacaan :
Kelompok Ilmiah Remaja : Petunjuk Membimbing dan Meneliti bagi Remaja oleh Remigius Gunawan Susilowarno, PT Grasindo, 2003
Penelitian Ilmiah Remaja oleh Yohanes Surya, PT Bima Sumber Daya MIPA, 2004 Arsyad Riyadi Januari 23, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Salah satu ekstrakuriler yang saya ampu adalah ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja). Untuk mengawali kegiatan ekstrakurikuler ini, dalam 1 –3 kali pertemuan diberikan materi orientasi.
Pemberian orientasi ini bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta apa itu KIR, kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dan bagaimana cara melakukan penelitian sampai cara pembuatan laporan.
Berikut ini sebagian materi orientasi ekstrakurikuler KIR.
Pengertian KIR
KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) adalah kelompok remaja yang melakukan serangkaian aktivitas/kegiatan untuk menghasilkan karya ilmiah. Karya ilmiah ini dihasilkan melalui cara berpikir yang sesuai dengan kaidah ilmiah, seperti berpikir logis, sisitematis, rasional, obyektif, dan koheren (menyeluruh).
Tujuan KIR
Tujuan KIR antara lain untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas ilmiah, menyiapkan diri menjadi ilmuwan. meningkatkan rasa ingin tahu. Di samping itu juga untuk meningkatkan dan memotivasi reamaj untuk peduli, memiliki, dan mempunyai keinginan yang kuat menguasai IPTEK. Selain itu, remaja juga dilatih untuk dapat menerapkan berbagai kaidah/cara/teknik dalam melakukan penelitian.
Manfaat KIR
Manfaat yang diperoleh peserta ekstrakurikuler KIR adalah membangkitkan rasa ingin tahu, meningkatkan nalar, daya kreasi, daya kritis, menambah wawasan baik terhadap iptek maupun dalam berkomunikasi. Daya baca juga pasti meningkat sebagai tuntutan. Di samping itu peserta KIr juga mendapat manfaat mellaui cara berorganisasi akibatnya sikap dan kepribadian mereka pun tambah matang. Sikap-sikap ilmiah seperti jujur, optimis, pemberani, terbuka, obyektif, kreatif, kritis akan terpatri pada mereka. Dan masih banyak manfaat lain yang didapatkan dari ektrakurikuler KIR ini.
Mengenal Struktur Organisasi KIR
Seperti tertulis dalam diagram di atas, struktur organisasi KIR meliputi kepala sekolah selaku penanggung jawab, ada pembimbing, ketua KIR, Sekretaris, Bendahara dan Koordinatir bidang (IPA, Teknologi, IPS).
Dalam penerapannya, struktur organisasi ini disesuaikan dengan keadaan. Misalnya ada 20 peserta, maka strukturnya cukup ada ketua atau sekretaris. Bendahara menyesuaikan dibutuhkan atau tidak. Kemudian untuk koordinator per bidang digantikan oleh koordinator/ketua kelompok. Misalnya ada 20 peserta, maka dibuat 4 –5 kelompok.
Program Kerja KIR
Program Kerja KIR juga harus disampaikan, agar peserta ekstrakurikuler KIR mempunyai gambaran apa yang akan dilakukan sampai target yang akan dicapai. Contoh program kerja KIR seperti tabel berikut bisa dirubah sesuai kebutuhan. Program kerja ini berlaku untuk 1 tahun.
No | Jenis Kegiatan | Waktu | Keterangan |
1 | Penerimaan anggota baru | 1 x pertemuan | Kelompok/Individu/Seleksi |
2 | Orientasi KIR | 1 x pertemuan | Klasikal (Ceramah/Diskusi) |
3 | Identifikasi Masalah | 2 x pertemuan | Kelompok/Individu (Diskusi) |
4 | Menyusun Usulan Penelitian | 2 x pertemuan | Kelompok/Individu (Kajian Pustaka) |
5 | Pelaksanaan Penelitian | Sesuai kebutuhan | Kelompok/Individu (Diskusi) |
6 | Analisis Data Hasil Penelitian | Sesuai kebutuhan | Kelompok/Individu (Diskusi) |
7 | Penyusunan Laporan Penelitian | 3 x pertemuan | Kelompok/Individu (Diskusi) |
8 | Persiapan dan Presentasi | 2 x pertemuan | Kelompok/Individu |
9 | Evaluasi | 1 x pertemuan | Klasikal/Kelompok/Individu |
10 | Seminar-Seminar | Sesuai Kebutuhan | Kelompok/Individu |
11 | Publikasi | Sesuai Kebutuhan | Kelompok (Pameran) |
12 | Kemah Ilmiah/Wisata Ilmiah | Sesuai Kebutuhan | Kelompok |
Sumber buku :
Gunawan, Remigius. 2003.Kelompok Ilmiah Remaja. Grasindo
Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Permasalahan-permasalahan tersebut secara ringkas bisa dilihat dalam skema berikut.
Sekarang mari kita bahas satu persatu ke-5 faktor di atas, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya pengelola laboratorium, yang terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, dan laboran. Tugas dan wewenang ketiganya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 26 Tahun 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan .Pedoman PK Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah.
Di lapangan, banyak terjadi kepala laboratorium masih melakukan banyak tugas lain. Padahal untuk kepala laboratorium sendiri sudah dihargai 12 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau dihitung 12 jam tersebut tidaklah cukup. Apalagi untuk menyiapkan perangkat-perangkat laboratorium yang sebelumnya belum ada.
Demikian juga, jika tenaga laboran atau teknisi sekedar diambilkan dari staff TU, misalnya. Seringnya akan terjadi bentrok tugas di antara sebagai laboran atau teknisi dengan sebagai staff TU.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
Adanya bantuan berupa gedung laboratorium maupun peralatannya bukan berarti tidak ada masalah yang timbul. Misalnya, jika kondisi gedungnya jauh dari pusat sekolah akan rawan pencurian.
Demikian juga bantuan alat dan bahan yang yang biasanya terbatas jumlahnya harus dicari pemecahannya.
3. Lemahnya Administrasi
Masalah administrasi terkait langsung dengan ketersediaan tenaga administrasi di laboratorium, khususnya kepala laboratorium. Dengan pengangkatan kepala laboratorium yang dihargai setara dengan 12 jam mengajar, diharapkan administrasi laboratorium dapat disusun dengan rapi dan lengkap. Tetapi sayangnya, referensi mengenai perangkat laboratorium yang sesuai tuntutan PK Guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium sangatlah terbatas. Yang banyak ditemukan, ya perangkat standarnya saja.
4. Lemahnya dukungan sekolah
Seringkali laboratorium dijadikan alternatif ruang pertemuan bagi sekolah. Ketimbang membongkar pembatas kelas atau menggunakan sebuah kelas, lebih mudah menggunakan ruang laboratorium yang relatif luas. Demikian juga, ketika laboratorium, masih dianggap sebelah mata oleh sekolah, maka alokasi dana yang ke arah pengembangan laboratorium sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada.
5. Perkembangan ICT
Perkembangan ICT sangat pesat. Hal ini bisa ditandai dengan merebaknya konten-konten multimedia yang begitu menarik, baik melalui internet, iklan, surat kabar, majalah, bahkan iklan-iklan di pinggir jalan.
Dengan begitu banyaknya konten seperti itu, perlu dipertanyakan kembali apakah sumber belajar (buku, lks) masih relevan pada saat sekarang. Dipungkiri atau tidak, sebagai guru atau pemerhati pendidikan seharusnya bukan sekedar melarang siswanya mengakses konten-konten “sampah”, terutama melalui internet. Tetapi, mari bersama-sama membuat konten-konten “tandingan” yang akan membuat siswa lebih tertarik pada konten yang kita buat. Konten tersebut bisa dalam bentuk presentasi pembelajaran, multimedia pembelajaran, e-book interaktif, game edukasi dan lain-lain.
Kembali ke fungsi laboratorium sebagai pusat pembelajaran IPA khususnya, perlu dipertimbangkan kembali untuk mewujudkan laboratorium yang berbasis teknologi informasi. Selain untuk menghadapi tantangan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga banyaknya sumber-sumber daya di internet yang dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan maupun riset.
Bagaimana solusinya? Tunggu postingan berikutnya.
Luar biasa mata ini. Waktu menunjukkan jam 03.08 dini hari.
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Apa yang harus didapatkan oleh peserta didik, bukan hanya mencapai kompetensi pengetahuan semata, tetapi juga ketrampilan dan sikap. Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut, laboratorium menjadi alternatif yang sangat baik.
Di masa mendatang laboratorim impian saya, adalah bisa menjadi laoratorium yang mampu memberikan berbagai pelayanan, yaitu :
1. Kegiatan praktikum bagi seluruh siswa
2. Kegiatan penelitian bagi siswa
3. Kegiatan penelitian di luar siswa (alumni, siswa sma, mahasiswa, umum)
4. Melayani riset berbasis lab, perpustakaan, maupun internet
Berikut adalah rencana/roadmad yang telah dibuat :
Road Map Pengembangan Laboratorium IPA |
Sebagai gambaran awal, pada saat mendatang laboratorium IPA, memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Ruang AC yang dilengkapi LCD, Soundsytem dan tata cahaya yang baik
2. Adanya komputer/laptop/tablet yang terhubung ke internet
3. Referensi yang lengkap, terkait dengan sains, riset, perkembangan teknologi dalam buku cetak maupun dalam bentuk digital (animasi, simulasi, video, game edukasi dan lain-lain)
4. Majalah dinding (mading) baik dalam model klasik maupun digital.
5. Pengembangan Blog/Website/Portal Berbasis Sains
Terakhir, terkait dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, laboratorium IPA juga mampu menyediakan sumber-sumber bahan ajar dalam bentuk digital :
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Kartun Fisika
Seperti mengadaptasi buku "The Cartoon Guide To Physics", yang ditulis/digambar oleh Larry Gonick and Art Huffman.
Meskipun buku tersebut sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, dengan diberi judul Kartun Fisika. Buku tersebut hasil terjemahan dari Christina M. Udiani yang juga ada Pembaca Ahli-nya yaitu Yohanes Surya. Buku terjemahan itu diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) tahun 2001.
Pola pikir ATM (Amati, Tiru Modifikasi) kayaknya relevan juga untuk membuat kartun sains. Baik untuk bidang fisika, kimia, biologi, astronomi dan juga bidang-bidang yang lain.
Kapan action-nya. Ya nanti dulu, ini masih menunggu mendapatkan versi e-booknya. Mudah-mudahan bisa cepet dapat.
Yang jelas, butuh banget dukungan dan kesabaran dari para pembaca./pengunjung blog www.sainsmedia.com ini agar proyek pembuatan kartun sains ini dapat terwujud. Apalagi yang mau bagi-bagi ilmu teknik menggambar/membuat kartun bahkan mau ikut berkontribusi.
Tetap semangat di tahun 2015, semangat ATM. Meski tidak bisa membuat karya yang orisinal, tapi dari lubuk hati yang mendalam tidak ada niatan untuk menjadi seorang plagiat. Terus belajar dan berkembang demi perkembangan pendidikan sains di negeri tercinta ini.
Oke...mana pensil..mana buku sketsa..action..action..action alias kerja...kerja...kerja.
Mengenal Sains
- Merumuskan masalah
- Mengadakan observasi atau pengamatan
- Membuat hipotesis atau dugaan
- Melakukan eksperimen atau percobaan
- Menarik kesimpulan
- Jujur
- Rasa ingin tahu yang besar
- Teliti
- Terbuka
- Obyektif
- Sains dan Lingkungan Banyak hal yang dipelajari dalam sains terkait dengan lingkungan, misalnya tentang gunung, laut, savana, gurun, salju, gletser dan geiser.
- Sains dan Angkasa Apa saja yang dipelajari oleh sains ini? Misalnya tentang awan, kilat, guntur, pelangi, bulan, matahari, planet dan asteroid.
- Sains dan Teknologi Modern Di sini sains mengkaji mengenai komputer, CD/DVD, motor listrik, generator, perahu, kereta api, mobil listrik, pesawat terbang, radio, telegraf, satelit, telepon, televisi, laser, pesawat ulang alik dan nuklir.
- Sains dan Permasalahan yang ditimbulkan Perkembangan sains sendiri tidak selalu menguntungkan. Dampak yang merugikan juga besar, terkait dengan pencemaran/kerusakan lingkungan, Misalnya pencemaran baik pencemaran air, udara dan tanah. Dan kita mengenal juga global warming (pemanasan global) akibat pencemaran yang bertumpuk-tumpuk.
Dampak negatif perkembangan sains |